Maaf, Sebuah Untaian Huruf Indah
Seru juga memperhatikan berita akhir-akhir ini ketika Polisi Malaysia bertindak ala pengecut dengan main keroyok terhadap Ketua Wasit Karate di jalanan Malaysia. Berbagai tanggapan atas tindakan tersebut bergema di seantero Indonesia menuntut terucapnya kata "maaf" secara terbuka dari pemerintah Malaysia.
Disini saya melihat adanya dilema sekaligus ketidaktegasan bukan hanya pemerintah tapi juga nasionalisme masyarakatnya yang tidak berani take national action. Ini sudah kesekian kalinya pemerintah Malaysia menyinggung harkat bangsa Indonesia setelah kasus Ambalat, hilangnya Sipadan dan Ligitan, penganiayaan TKI yang terkatung-katung proses hukumnya, dan terakhir kasus penganiayaan jalanan ala polisi Malaysia.
Sebenarnya perlu konsistensi dan national action, tarik semua TKI dan TKI pun wajib patuh untuk hengkang dari Malaysia, lebih baik membuka usaha di Indonesia daripada harus 'melayani' Malaysia yang mulai menunjukkan arogansi. Layangkan nota diplomatik yang menuntut keadilan yang pasti,.. halo komnas HAM dimana dirimu .. lebih bersuara keras di dalam aja?
Menurut saya memang harus ada tekanan secara agresif untuk membuat Malaysia berpikir lebih keras untuk menciptakan hubungan berketetanggaan dengan lebih baik. Disatu sisi mungkin Malaysia harus paham, bahwa kata "maaf" jauh lebih bermakna dibandingkan kata "deeply regret" meskipun mungkin konotasinya sama.
Saya hanya membayangkan mungkin memang demikianlah adanya ketika menjadi besar, sometimes terlupakan sebuah persahabatan, ketika sama-sama merana muncul janji-janji kebersamaan. Indonesia harus tegas menunjukkan diri sebagai bangsa bermartabat dan harus menjadikan kejadian demi kejadian sebagai cermin untuk tumbuh menjadi bangsa yang benar-benar layak untuk disegani oleh kawan dan lawan.
Maaf adalah untaian huruf indah dari orang yang dididik tata krama dengan baik.
Ketika kata maaf menjadi sesuatu yang sulit diucapkan, layaklah kita bertanya mengapa sulit ?
Maybe you know what the answer is...
Disini saya melihat adanya dilema sekaligus ketidaktegasan bukan hanya pemerintah tapi juga nasionalisme masyarakatnya yang tidak berani take national action. Ini sudah kesekian kalinya pemerintah Malaysia menyinggung harkat bangsa Indonesia setelah kasus Ambalat, hilangnya Sipadan dan Ligitan, penganiayaan TKI yang terkatung-katung proses hukumnya, dan terakhir kasus penganiayaan jalanan ala polisi Malaysia.
Sebenarnya perlu konsistensi dan national action, tarik semua TKI dan TKI pun wajib patuh untuk hengkang dari Malaysia, lebih baik membuka usaha di Indonesia daripada harus 'melayani' Malaysia yang mulai menunjukkan arogansi. Layangkan nota diplomatik yang menuntut keadilan yang pasti,.. halo komnas HAM dimana dirimu .. lebih bersuara keras di dalam aja?
Menurut saya memang harus ada tekanan secara agresif untuk membuat Malaysia berpikir lebih keras untuk menciptakan hubungan berketetanggaan dengan lebih baik. Disatu sisi mungkin Malaysia harus paham, bahwa kata "maaf" jauh lebih bermakna dibandingkan kata "deeply regret" meskipun mungkin konotasinya sama.
Saya hanya membayangkan mungkin memang demikianlah adanya ketika menjadi besar, sometimes terlupakan sebuah persahabatan, ketika sama-sama merana muncul janji-janji kebersamaan. Indonesia harus tegas menunjukkan diri sebagai bangsa bermartabat dan harus menjadikan kejadian demi kejadian sebagai cermin untuk tumbuh menjadi bangsa yang benar-benar layak untuk disegani oleh kawan dan lawan.
Maaf adalah untaian huruf indah dari orang yang dididik tata krama dengan baik.
Ketika kata maaf menjadi sesuatu yang sulit diucapkan, layaklah kita bertanya mengapa sulit ?
Maybe you know what the answer is...
Comments